Cerita Korban Gempa Palu Yang Selamat Dari Runtuhan Bangunan
Bukan hoax, tanah menggulung2 ibarat karpet.Bukan hoax, rumah dapat terbelah dan terpisah ratusan meter.
Bukan hoax, mayit bergelimpangan tanpa bus*na.
Saat itu magrib...
Dia sedang nyuapin kedua anaknya, tau2 bumi bergetar dg sangat hebatt,
Dia menyadari gempa dikala itu tdk wajar, ia eksklusif menarik anaknya keluar rumah, lari ke tanah lapang...
Namun, apa eksklusif aman? Ternyata tanah tempatnya berdiri pun retak2 disertai bunyi gemuruh yg ia galau dari mana asalnya, yg terang sangat mengerikan....memang bukan air bah spt di pesisir, namun bumi dapat saja eksklusif menelanmu seketika....
Dia lari ke arah jalan yg rumah kanan kirinya blm pada runtuh, ia simpulkan disitu lebih aman, namun apa daya gempa ibarat mengejarnya....
Sambil terus berlari, di kanan kiri ia saksikan banyak orang menyebut kebesaran Tuhan, namun banyak jg anak2 yg histeris menyaksikan ortunya tertimpa bangunan....
Sungguh sangat-sangat mengerikan ia saksikan...
Ada seorang anak yg ia paksa tarik utk ikut lari, neneknya terhimpit beton namun masih sempat teriak "tolong bawa dia"... Fokus ia ke arah bukit, terus berlari bersama 3 anak kecil...
Malam tiba, ia telah hingga di perbukitan, di sana tdk sendirian, ada belasan orang yg senasib, tanpa bantalan kaki, penuh luka, dan dengan tangis murung sebab terpisah dan kehilangan orang yg mereka sayangi. Tiada air, tiada tikar, tiada lampu, boro2 bawa hape, dapat bawa anak lari menyelamatkan diri sudah sangat ia syukuri.
Malam pertama tidur beralaskan rerumputan... ingin tidur tapi mata tidak dapat terpejam, ya, mereka smua tergoncang psikisnya.. setiap ada gempa susulan dan gemuruh, anak sulungnya sekalu bertanya, "Ibu, apakah kita sebentar lagi mati spt orang-orang itu?" Dia hanya dapat menjawab pelan, "Tidak, ayah niscaya akan tiba menjemput kita"
24 jam pertama belum ada tanda-data proteksi masuk, sekarang mereka menyadari mereka terisolir... Mau kembali, jalan pun tdk bs dilewati lagi. Rumah sdh rata dg tanah, pemukiman udah lenyap.
Anak-anaknya mulai mengeluh haus, buang air tidak dapat cebok, lapar, dingin, sakit di luka2nya, dan stress berat yg luar biasa...
Dia berusaha jalan lagi berbondong2 dg belasan org, mencari daerah lain siapa tau proteksi sdh datang. Anak2 mulai dehidrasi, demam... hanya ludah ibunya yg dioleskan supaya bibir balitanya supaya tdk retak.
"Alhamdulilah!", teriaknya ketika melihat 2 org cowok membawa 1 dus air gelas dan roti. Namun, 1 gelas air seharga 5rb, 1 roti jg 5 ribu. Dia tengok uang di sakunya, hanya ada 5rb. Dia memohon2, supaya anaknya sj yg dikasih, namun 2 cowok itu tidak mengabulkan alasannya ia jg membeli dan tdk ada lg utk membeli kalau itu habis.
Melihat anaknya yg pucat, tanpa pikir panjang, ia tonjok cowok tersebut, dibantu emaj-emak yg lain, mereka berhasil "merampas" air dan roti itu utk anak2 mereka. dalam hatinya tak peduli mau masuk neraka, yg ada ia hrs menyelamatkan anak2nya dan juga anak2 lain secepatnya...
Di 48 jam pertama ia msh bs mendengar suara2 rintihan dari reruntuhan bangunan, namun hr ketiga suara2 itu makin sedikit...
Entah sdh brp kilometer mereka jalan kaki, smp jadinya bs menjangkau posko kami. Lega rasanya anak-anaknya dapat selamat. Namun, air matanya menetes, dikala anaknya bertanya, "Ayah di mana Bu?
ðŸ˜ðŸ˜
#PrayForPalu
Out Of Topic Show Konversi KodeHide Konversi Kode Show EmoticonHide Emoticon