Korban Gempa Palu Sulawesi Utara Mulai Kelaparan
Dengar dan Lihatlah mereka, Lupakan Penjarah Itu Sejak sehari sehabis kejadian. Korban gempa di Sulawesi Tengah telah mulai merintih kelaparan. Tidak heran. Karena banyak dari mereka ketika menyelamatkan diri hanya membawa pakaian yang menempel di tubuh saja.
Dan memasuki hari kelima ini. Teriakan, rintihan dan tangis kelaparan itu semakin menjadi-jadi. Puluhan, ratusan bahkan ribuan. Itu yang berhasil terekspos di media sosial. Entah bagaimana dengan yang tidak.
Dengarlah ratapan seorang pria bau tanah dalam sebuah vidio.
“Pak datanglah pak. Kami di sini sangat membutuhkan makanan. Kami di sini kekurangan kuliner pak. Air obat-obatan apalagi. Di sini banyak mayat. Banyak yang terluka belum ada yang tertangani. Kaprikornus kami mohon sekali bapak datanglah bantu kami di sini. Kami di sini pak terisolir. BBM pun tidak ada. Akses jalan untuk mencari kuliner dan obat-obatan tidak ada. Kami di sini benar-benar lumpuh pak. Boleh kita lihat semuanya sekeliling (sambil menunjuk sekelilingnya, yang nampak hanya tumpukan puing-puing) Inilah yang terjadi kondisi hari Jumat bapak. Kami di sini hanya mengharapkan santunan bapak... saya Irwan, Irwan Abdurrasyid penduduk di sini orisinil (penduduk apa pak tanya yang merekam). Penduduk desa Wani Dua, Kecamatan Tanantovea, Kabupaten Donggala. Kaprikornus kami mohon pak benar-benar bantuannya...”
“Tolong kasihani kami yang ada di sini, kami tinggal memungut kuliner yang jatuh di jalan. Tolong pemerintah segera lakukan tindakan untuk kami di desa Lero, Kecamatan Sindue, Kabupaten Donggala. Karena hingga kini belum ada santunan yang datang.” Nampak seorang perempuan berusaha memungut mie instan yang sudah hancur tergilas di atas jalan raya.
“Bapak ini stroke, namanya bapak Usman. Butuh santunan segera 085242070917 ini no. Hp yang bisa dihubungi.” Kata postingan lainnya. Dilengkapi foto seorang kakek bau tanah yang tergeletak tak berdaya di atas tanah beralas tikar seadanya.
“Ya Allah...tolong siapapun kalian yang baca status saya. Saya mohon dengan sangat tim medis merapat kesini.” Ujar seseorang. Nampak seorang nenek dengan luka parah di kaki. Betis hampir putus, tulang kelihatan. Tanpa perban. Luka terbuka begitu saja.
Dan masih banyak rintihan-rintihan sejenis yang saya lihat berseliweran. Kesakitan, kelaparan dan kehausan.
Pada mereka tidak henti-hentinya saya berpesan dalam komentar. Tolong jangan terlalu berharap banyak pada pemerintah. Mereka tidak akan bisa menjangkau semuanya. Kami di Lombok telah merasakannya. Selama 2 bulan lebih. Carilah upaya sendiri untuk bertahan hidup. Kalau santunan tiba kita terima dengan penuh rasa syukur. Tapi kalau tidak? Jangan hingga kita mati kelaparan.
Sementara, relawan kemampuannya sangat terbatas. Belum lagi penjarahan santunan yang ingin masuk ke wilayah bencana. Membuat impian mereka untuk menerima santunan semakin menipis.
Saya tidak bermaksud menakut-nakuti. Saya hanya mengajak mereka realistis. Kasian bila penantian mereka akan berakhir dengan sia-sia. Sayapun kadang mengatakannya sambil menangis.
Kaprikornus mari saudara-saudaraku. Kita bantu-membantu meringankan penderitaan saudara-saudara kita itu. Bagaimanapun tutorialnya. Kalau tidak bisa langsung. Kirimkan kontribusi pada relawan, forum atau yayasan-yayasan yang terjun di sana. Semacam ACT, Dompet Duafa, Baznas dan sebagainya.
Fokus pada mereka yang merintih memohon bantuan. Kita kecewa memang melihat penjarahan-penjarahan itu. Tapi jangan hingga nila setitik itu merusak susu sebelanga. Mungkin penjarah itu berjumlah puluhan bahkan ratusan. Tapi ada ribuan bahkan jutaan orang baik di sana yang membutuhkan bantuan. Lihatlah gambar-gambar yang saya sertakan dalam postingan ini. Dengar dan lihatlah mereka, lupakan penjarah itu.
www.mesinjahitbaru.blogspot.com Media informasi seputar mesin jahit, konveksi, desain baju, fashion dan informasi gosip nyata terkini yang sedang hangat dan viral.
Out Of Topic Show Konversi KodeHide Konversi Kode Show EmoticonHide Emoticon